Beranda | Artikel
Kisah Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Isterinya di Baitullah
Senin, 22 November 2021

KISAH NABI IBRAHIM ALAIHISSALLAM DAN ISTERINYA DI BAITULLAH

Marilah kita menikmati cuaca yang penuh dengan keikhlasan dan keimanan, sambil membaca kisah Ibrahim Alaihissallam beserta isterinya, yaitu satu kisah yang diungkap di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Ibrahim Alaihissallam membawa ummu Isma’il (Hajar) beserta anaknya, Isma’il yang sedang disusui oleh Hajar dan meletakkan mereka di dekat Bait1, di dekat pohon besar dan di atas lokasi air zamzam, tepatnya di atas masjid, di waktu tidak ada orang lain sama sekali, dan tidak ada air di sana, tetapi Ibrahim tetap meletakkan mereka di sana dengan dibekali satu tempat yang di dalamnya ada kurma, dan satu kantung air, kemudian Ibrahim tetap pergi dengan diikuti oleh ummu Isma’il, beliau berkata,

“Wahai Ibrahim, ke mana engkau akan pergi, mengapa engkau meninggalkanku di lembah ini, tidak ada teman atau yang lainnya?  Dia menanyakan hal tersebut berkali-kali sedangkan Ibrahim sama sekali tidak menengok, lalu sang isteri bertanya, “Apakah Allah yang telah memerintahkanmu untuk melakukan hal ini?” “Betul,” jawab Ibrahim. Isterinya berkata, “Jika demikian, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Lalu sang isteri kembali, sedangkan Ibrahim pergi, sehingga sesampainya di sebuah dataran tinggi, yaitu pada sebuah tempat yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, dia menghadap Baitul Haram, seraya memohon kepada Allah sambil mengangkat kedua tangannya dia berkata:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menem-patkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Eng-kau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [Ibrahim/14: 37]

Sedangkan ummu Isma’il menyusui Isma’il dan minum dari air (yang tersedia), dan ketika persediaan air telah habis, sedangkan dia dan anaknya merasakan haus, ia melihat anaknya yang sedang menghentak-hentakkan kaki dan tangannya di atas tanah, setelah itu sang ibu pergi (untuk mencari air) karena tidak tega melihat anaknya yang ada di dalam keadaan seperti itu, sehingga dia sampai ke Shafa, yaitu sebuah bukit yang dekat dengannya, di sana dia berdiri, lalu dia melihat lembah untuk mencari apakah di sana ada seseorang, kemudian dia turun dari Shafa, sehingga sesampainya pada sebuah lembah, dia mengangkat ujung bajunya dengan berlari seperti orang yang berada di dalam kesulitan, sehingga dia melewati lembah tersebut dan sampai di Marwah, dia berdiri di sana dan melihat apakah ada seseorang, dia melakukan hal tersebut sebanyak tujuh kali. Ibnu ‘Abbas berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Karena itulah Sa’i di antara keduanya (di dalam ibadah haji) disyari’atkan bagi manusia.’ Sesampainya di Marwah, dia mendengar suara yang mengatakan, “Diam!” (Maksudnya kepada dirinya sendiri), lalu dia mendengarkan suara itu, seraya berkata, “Engkau telah memperdengarkan kepadaku, seandainya pada dirimu dapat memberikan pertolongan, maka tolonglah aku.” Ternyata di tempat itu ada Malaikat dan di situlah sumber air zamzam keluar, lalu dia mencari zamzam dengan kakinya -atau berkata, dengan sayapnya- sehingga tampaklah air, pada waktu itu pula dia mulai membuat sebuah kolam dengan tangannya, setelah itu dia menyimpan air ke dalam wadah, sedangkan air terus memancar, di dalam riwayat yang lain: Sesuai dengan apa yang ia simpan. Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ -أَوْ قَالَ: لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ الْمَاءِ- لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِيْناً

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kasih sayang-Nya kepada ibunda Isma’il, seandainya dia meninggalkan zamzam, atau (beliau bersabda) seandainya dia tidak mengambil air darinya, niscaya zamzam merupakan mata air yang terus mengalir di atas permukaan bumi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu dia minum darinya dan menyusui anaknya, Malaikat berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau takut binasa, karena di sini ada Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapaknya, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah mengabaikan keluarga Ibrahim.’”2

Di antara tanda keikhlasan yang sangat nampak di dalam diri Ibrahim n adalah kepatuhannya di dalam melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meninggalkan isteri dan anaknya di sebuah tempat yang sama sekali tidak ada teman dan tidak ada sesuatu apa pun, tanda keikhlasan ini pun nampak pada diri isterinya ketika ia berkata, “Apakah Allah yang telah memerin-tahkan hal ini?” Ibrahim menjawab, “Betul,” ia berkata, “Jika demikian, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Apakah Allah membiarkan mereka? Sungguh keikhlasan Ibrahim serta isterinya memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menggetarkan hati seorang mukmin yang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan keikhlasan dan pengorbanannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memancarkan air zamzam, air tersebut bukan hanya untuk Isma’il dan ibunya, akan tetapi untuk berjuta-juta manusia sepanjang zaman. Dan dengan keikhlasan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dipancarkanlah air zamzam yang akan diminum oleh setiap orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah dari berbagai belahan negeri, air zamzam yang diungkapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabdanya:

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

Air zamzam tergantung untuk tujuan apa ia diminum.3

Siapa saja yang meminum air zamzam dengan niat agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan ilmu kepadanya, maka Dia akan mengaruniakan ilmu tersebut kepadanya, siapa saja yang meminumnya agar diberikan ketetapan di dalam agama, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ketetapan baginya di dalam agama, dan siapa saja yang meminumnya dengan niat agar disembuhkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari suatu penyakit, maka Dia akan menyembuhkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah ber-sabda:

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ وَهِيَ طَعَامُ طُعْمٍ وَشِفَاءُ سُقْمٍ

Air tersebut adalah air yang penuh dengan keberkahan, kedudukannya sebagai makanan yang mengenyangkan dan merupakan obat dari segala macam penyakit.4

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah air zamzam, di dalamnya terdapat makanan dan obat dari berbagai penyakit.”5

[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
______
Footnote
1 Maksudnya adalah al-Ka’bah.
2 Bagian hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3364) sebagaimana yang diungkapkan oleh an-Nawawi di dalam kitabnya Riyaadhush Shaalihiin.
3 HR. Ibnu Majah (no. 3062) Hadits ini dishahihkan oleh guru kami al-Albani di dalam Manaasikul Hajji wal ‘Umrah, hal. 23. Lihat Shahiih Ibni Majah (II/183).
4 Lihat kitab Manaasikul Hajji wal ‘Umrah, hal. 23, cetakan kedua.
5 Hadits ini dikeluarkan oleh guru kami al-Albani di dalam kitab as-Silsilah ash-Shahiihah.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/45231-kisah-nabi-ibrahim-alaihissallam-dan-isterinya-di-baitullah.html